Pakar UMI: Kerusakan Tanah akibat Tumpahan Minyak PT Vale Bisa Berdampak Puluhan Tahun

Kerusakan struktur tanah akibat tumpahan minyak milik PT Vale Indonesia (PTVI) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, diperkirakan bisa berlangsung hingga puluhan tahun jika tidak dilakukan penanganan serius. Hal itu disampaikan oleh pakar dari Fakultas Pertanian sekaligus ahli bioremediasi lahan tambang Universitas Muslim Indonesia (UMI), Dr Saida, dalam keterangannya di Makassar, Senin (8/9).
Menurut Saida, kasus tumpahan minyak ini tergolong serius karena termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Kandungan zat berbahaya dari limbah tersebut dapat merusak lingkungan secara luas, baik pada tanah, air, maupun udara.
“Dampaknya bukan hanya sesaat, tetapi bisa berlangsung sangat lama. Kalau tidak ditangani secara tepat, kerusakan tanah ini bisa dirasakan hingga puluhan tahun,” ujarnya.
Ancaman terhadap Produksi Pertanian
Tumpahan minyak yang masuk ke persawahan warga disebutnya berpotensi besar mengganggu produktivitas pertanian. Hal itu karena minyak dapat merusak tiga aspek utama tanah, yakni sifat fisik, kimia, dan biologi.
Dari sisi kimia, lanjutnya, kesuburan tanah akan menurun drastis karena terjadi perubahan pada kandungan hara esensial. Dari sisi biologi, organisme dan mikroorganisme yang hidup di tanah bisa mati akibat terpapar zat berbahaya. Sedangkan dari sisi fisik, tanah yang terkena minyak akan menjadi lebih keras dan tidak gembur, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
“Kalau tanah sudah diselimuti minyak, maka kemampuan tanah menyerap air atau water holding capacity-nya akan menurun. Minyak tidak bisa menyatu dengan air, sehingga proses peresapan air menjadi terganggu,” kata Wakil Dekan II Fakultas Pertanian UMI tersebut.
Pemulihan Bisa Puluhan Tahun
Saida menekankan bahwa pemulihan tanah akibat pencemaran minyak sangat bergantung pada metode penanganan. Jika tidak dilakukan langkah konkret, kerusakan itu bisa bertahan hingga puluhan tahun.
“Permukaan tanah yang tertutup minyak akan menghambat kemampuan sawah menyerap air, sehingga berimbas pada produksi pertanian. Inilah yang bisa berlanjut lama bila tidak segera dilakukan intervensi,” jelasnya.
Solusi Pemulihan: Pengairan, Pupuk Organik, dan Mikroba
Untuk mempercepat pemulihan, ia menyarankan beberapa langkah. Pertama, dengan melakukan pengairan rutin di sawah yang terdampak, lalu airnya dibuang agar minyak yang terbawa air bisa berkurang. Kedua, menggunakan bahan organik seperti pupuk kandang dan kompos yang dapat membantu menetralisir sisa minyak di tanah.
Selain itu, Saida menekankan pentingnya penggunaan teknologi bioremediasi, yaitu memanfaatkan mikroorganisme yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon pada minyak. “Minyak itu senyawa hidrokarbon, dan ada mikroba yang bisa mendegradasi. Jika mikroba tersebut ditebarkan di persawahan, pemulihan bisa lebih cepat dibandingkan dengan cara fisik atau kimia,” katanya.
Harapan Penanganan Serius dari PT Vale
Ia berharap PT Vale Indonesia dapat mengambil langkah nyata dalam memulihkan lahan yang tercemar, termasuk bekerja sama dengan pihak akademisi dan lembaga riset. Menurutnya, dengan kombinasi metode pengairan, pemberian bahan organik, serta pemanfaatan mikroba, kerusakan tanah bisa dipulihkan lebih cepat sehingga masyarakat tidak terlalu lama menanggung dampaknya.
“Yang paling penting adalah keseriusan semua pihak, terutama perusahaan yang bertanggung jawab. Karena jika dibiarkan, kerugian terbesar akan dirasakan oleh petani dan masyarakat sekitar,” tegas Saida.
Sumber: Antara News
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.




