Teknologi Baru dan AI dalam Mengatasi Krisis Iklim: Tantangan dan Peluang

Krisis iklim yang semakin parah memaksa dunia untuk mencari solusi inovatif guna mengatasi dampaknya. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB menekankan bahwa teknologi baru dan kecerdasan buatan (AI) berperan penting dalam mendorong tindakan drastis yang diperlukan untuk menangani masalah ini. Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menyatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam teknologi satelit, pembelajaran mesin, dan pengamatan berbasis ruang angkasa, menawarkan harapan bagi dunia dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan memitigasi kerentanan terhadap bencana.
Kecerdasan Buatan (AI) dan Prakiraan Cuaca
Dalam beberapa tahun terakhir, AI dan pembelajaran mesin telah merevolusi prakiraan cuaca. Teknologi ini membuat prakiraan cuaca menjadi lebih cepat, murah, dan mudah diakses oleh berbagai negara, termasuk negara berkembang yang sering kali lebih rentan terhadap bencana alam. AI memproses data cuaca dengan lebih efisien, menghasilkan prakiraan yang lebih akurat dalam waktu singkat. Teknologi ini memungkinkan peringatan dini untuk bencana alam seperti badai, banjir, dan kekeringan, yang memungkinkan negara-negara untuk lebih siap menghadapi risiko iklim.
Namun, meski teknologi membawa dampak positif, Saulo menegaskan bahwa teknologi saja tidak cukup. Ada kebutuhan mendesak bagi semua negara untuk berbagi keahlian dan pengalaman agar manfaat teknologi ini dapat dirasakan secara merata. Akses ke teknologi mutakhir harus inklusif, terutama bagi negara-negara yang paling terkena dampak perubahan iklim. Kolaborasi internasional menjadi kunci dalam memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan secara global demi mencapai target iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Teknologi Satelit dan Pengelolaan Sumber Daya
Teknologi satelit yang semakin canggih juga berperan penting dalam pemantauan gas rumah kaca dan penyerap karbon, yang sangat penting untuk mengurangi emisi global. Pengamatan berbasis ruang angkasa telah membuka batas baru dalam pengelolaan sumber daya alam seperti lahan dan air. Ini termasuk inovasi dalam pemantauan lahan gambut dan hutan hujan tropis, yang merupakan penyerap karbon penting di dunia.
Selain itu, simulasi realitas virtual (VR) juga telah digunakan untuk membantu pengelolaan lahan yang lebih baik, memberikan gambaran visual yang lebih akurat mengenai kondisi lingkungan di berbagai wilayah. Teknologi ini membantu para pengambil keputusan untuk mengelola sumber daya alam secara lebih bijaksana dan merencanakan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan lebih tepat.
Krisis Iklim dan Laporan United in Science 2024
Laporan terbaru United in Science 2024 memberikan peringatan serius mengenai masa depan krisis iklim. Ada kemungkinan 86 persen bahwa setidaknya satu tahun dalam lima tahun ke depan akan melampaui 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Laporan ini juga menyebutkan adanya peluang 80 persen bahwa suhu permukaan rata-rata global sementara akan melampaui 1,5°C di atas tingkat pra-industri dalam setidaknya satu dari lima tahun ke depan.
Jika kebijakan saat ini tidak mengalami perubahan, ada kemungkinan 66 persen bahwa pemanasan global akan mencapai 3°C pada abad ini. Pemanasan ini akan membawa dampak yang menghancurkan bagi kehidupan dan ekonomi manusia, termasuk peningkatan bencana alam seperti gelombang panas, banjir, dan badai yang lebih sering terjadi dan lebih parah.
Aksi Iklim dan Tujuan Global
Untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C atau 1,5°C, emisi gas rumah kaca global harus dikurangi masing-masing sebesar 28 persen dan 42 persen pada tahun 2030 dari tingkat emisi yang diproyeksikan akan dihasilkan oleh kebijakan saat ini. Ini menunjukkan bahwa tindakan global yang lebih ambisius dan cepat sangat dibutuhkan.
Saulo menegaskan bahwa keputusan yang diambil hari ini akan menentukan masa depan bumi. “Keputusan yang kita buat hari ini dapat menjadi pembeda antara kehancuran di masa depan atau terobosan menuju dunia yang lebih baik,” ungkapnya. Oleh karena itu, penting bagi seluruh negara untuk mempercepat tindakan mereka dalam mengurangi emisi dan mendukung pembangunan berkelanjutan serta pengurangan risiko bencana.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Meskipun teknologi memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim, Saulo mengingatkan bahwa kolaborasi antarnegara juga sangat penting. Tujuan global seperti Perjanjian Paris, Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana, dan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) hanya bisa dicapai melalui kerja sama global. Teknologi harus diimbangi dengan komitmen politik, finansial, dan kolaborasi internasional untuk mencapai hasil yang efektif dan berkelanjutan.
Dalam menghadapi krisis iklim, AI, teknologi satelit, dan inovasi lainnya memberikan peluang besar untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, masa depan dunia tetap bergantung pada keputusan yang kita ambil hari ini dan upaya kolaboratif yang kita lakukan untuk mencapai tujuan iklim global.
Sumber:
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.