Mengoptimalkan Pungutan Produksi Batu Bara untuk Mendukung Transisi Energi di Indonesia

Dalam upaya mempercepat transisi energi di Indonesia, peningkatan pungutan produksi batu bara muncul sebagai salah satu solusi strategis. Potensi pendapatan dari sektor ini dapat menjadi sumber utama untuk membiayai inisiatif transisi energi, mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dan meningkatkan investasi dalam energi terbarukan.
Potensi Pendapatan dari Pungutan Produksi Batu Bara
Menurut Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (SUSTAIN), Indonesia memiliki peluang untuk menerima pendapatan minimum sebesar Rp 84,5 triliun per tahun dari peningkatan pungutan produksi batu bara. Dalam skenario optimal, pendapatan tersebut dapat mencapai Rp 353,7 triliun. Pendapatan ini dihitung berdasarkan skenario harga batu bara selama periode 2022–2024, menunjukkan potensi luar biasa untuk mendukung transisi energi.
Peningkatan pungutan ini tidak hanya bertujuan untuk menambah pendapatan negara tetapi juga sebagai disinsentif bagi industri batu bara, yang merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Langkah ini juga mencerminkan aspek keadilan karena industri batu bara telah memperoleh supernormal profit selama bertahun-tahun.
Mendukung Pembiayaan Transisi Energi
Dana yang diperoleh dari pungutan batu bara dapat memainkan peran penting dalam skema transisi energi, seperti Just Energy Transition Partnership (JETP). Berdasarkan perhitungan SUSTAIN, pendapatan tambahan ini mampu menutupi 147 persen kebutuhan pendanaan transisi energi dalam skenario terbaik. Bahkan dalam skenario minimum, dana tersebut dapat mendukung pengembangan jaringan transmisi listrik dan percepatan energi terbarukan yang intermiten.
Tata Mustasya, Direktur Eksekutif SUSTAIN, menyarankan agar pungutan batu bara diterapkan secara progresif, mengikuti fluktuasi harga pasar batu bara. Selain itu, mekanisme lain seperti pajak dan royalti juga dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pendapatan.
Tantangan Keberlanjutan Pendapatan dari Batu Bara
Meskipun potensi pendapatan dari batu bara sangat besar, terdapat kekhawatiran tentang keberlanjutannya. Sekretaris Eksekutif Dewan Ekonomi Nasional, Septian Hario Seto, mencatat bahwa beberapa tambang batu bara memiliki masa tambang kurang dari 10 tahun. Dengan demikian, pendapatan dari royalti batu bara bisa menurun secara signifikan dalam beberapa dekade mendatang.
Menurutnya, sumber daya batu bara diperkirakan akan habis pada tahun 2035, sehingga struktur royalti yang ada saat ini mungkin tidak lagi ekonomis untuk diterapkan. Hal ini menunjukkan pentingnya diversifikasi sumber pendapatan negara untuk mendukung transisi energi jangka panjang.
Subsidi Energi Fosil dan Tantangan Fiskal
Direktur Eksekutif Climate Policy Initiative, Tiza Mafira, menyoroti bahwa subsidi energi fosil masih cukup besar dalam belanja negara. Selama 2016–2022, rata-rata penerimaan negara dari energi fosil sebesar Rp 210 triliun per tahun, sementara subsidi energi fosil mencapai Rp 165 triliun per tahun. Ketergantungan pada subsidi ini menunjukkan perlunya reformasi kebijakan fiskal untuk mengarahkan pendanaan lebih banyak ke energi terbarukan.
Peluang Kepemimpinan Indonesia di Dunia Internasional
Peningkatan pungutan batu bara juga dapat menjadi sinyal kepemimpinan Indonesia dalam transisi energi global. Sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin negara-negara berkembang lainnya dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendorong investasi dalam energi terbarukan.
Kesimpulan
Peningkatan pungutan produksi batu bara adalah langkah strategis untuk mendukung transisi energi di Indonesia. Dengan potensi pendapatan yang signifikan, kebijakan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan pendanaan energi terbarukan sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Namun, keberlanjutan kebijakan ini memerlukan pendekatan yang terencana, termasuk reformasi fiskal dan diversifikasi sumber pendapatan negara.
Dengan memanfaatkan potensi pungutan batu bara secara optimal, Indonesia tidak hanya dapat mempercepat transisi energinya tetapi juga menunjukkan kepemimpinan global dalam menghadapi krisis iklim.
Sumber:
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.




