BRIN Ungkap Metode Speed Breeding untuk Percepat Pemuliaan Tanaman Buah

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Hortikultura terus mendorong inovasi dalam sektor pertanian, khususnya dalam proses pemuliaan tanaman buah. Salah satu terobosan yang kini tengah dikembangkan adalah metode speed breeding atau percepatan pemuliaan, yang dinilai mampu menjawab tantangan perubahan iklim dan kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
Peneliti Ahli Utama BRIN, Mia Kosmiatin, menjelaskan bahwa speed breeding merupakan teknik percepatan siklus generatif tanaman melalui manipulasi lingkungan tumbuh secara terkendali. “Percepatan pemuliaan tanaman buah sangat krusial, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan pangan,” ungkap Mia dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/6).
Ia menggarisbawahi bahwa metode konvensional dalam pemuliaan tanaman buah berkayu seringkali menghadapi hambatan biologis seperti penyerbukan silang, heterozigositas tinggi, reproduksi unik seperti apomiksis dan poliembrioni, serta ketidakmampuan menyerbuk sendiri. Di samping itu, penggunaan teknik perbanyakan klonal pada banyak jenis tanaman buah turut mempersempit variabilitas genetik.
“Karena itu, teknologi nonkonvensional menjadi sangat penting,” ujarnya.
BRIN saat ini tengah mengembangkan berbagai teknik pemuliaan mutakhir, antara lain:
- Embriogenesis somatik
- Embrio rescue
- Mutagenesis dan seleksi in-vitro
- Poliploidisasi
- Fusi protoplas
- Pengeditan genom berbasis CRISPR-Cas9
Sebagai contoh, pada tanaman jeruk, pengeditan gen callose synthase telah diterapkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit HLB atau CVPD. Sementara itu, pada apel, teknologi CRISPR ditargetkan pada gen Ma1, yang berperan penting dalam mengatur kadar keasaman dan cita rasa buah.
“Embriogenesis somatik juga telah berhasil diterapkan pada berbagai buah tropis seperti mangga, jeruk, kelengkeng, jambu, dan durian. Semua ini menunjukkan bahwa kita telah berada pada jalur transformasi yang tepat,” tegas Mia.
Mia juga menekankan pentingnya sinergi antara riset dasar, teknologi mutakhir, dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal. Kombinasi ini dinilai penting untuk menghasilkan varietas buah unggul yang adaptif terhadap perubahan lingkungan dan mampu bersaing di pasar global.
Senada dengan Mia, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari, juga menyoroti urgensi transformasi dalam pemuliaan tanaman buah. Ia menyebut bahwa pendekatan konvensional kerap tidak mampu mengikuti dinamika kebutuhan zaman.
“Lamanya siklus pemuliaan, ketidakakuratan penentuan kualitas, dan kendala reproduksi menjadi hambatan utama. Karena itu, diperlukan solusi terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari tahap pemuliaan hingga proses pascapanen,” terang Puji.
Dengan pemanfaatan teknologi nonkonvensional yang tepat, BRIN berharap Indonesia mampu menciptakan varietas buah unggul yang tak hanya produktif, tetapi juga memiliki daya saing tinggi di pasar global.
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.