Ini alasan WWF dorong bank sampah jadi unit bisnis, bukan sukarela
Membangun Bank Sampah yang Berkelanjutan: Mengubah Pola Sukarela Menjadi Model Bisnis
Bank sampah sering kali menghadapi tantangan keberlanjutan. Banyak yang tidak bertahan lama karena mengandalkan semangat sukarela tanpa dukungan struktur bisnis yang solid. Menurut Sekti Mulatsih, Program Manager Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, bank sampah hanya bisa berhasil jika dikelola sebagai unit bisnis berbadan hukum, bukan sekadar kegiatan sosial.
Menuju Model Bisnis Circular Economy
Sekti menjelaskan bahwa bank sampah yang sukses harus memenuhi lima dimensi utama yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2021. Dimensi tersebut mencakup:
- Kelembagaan yang jelas.
- Permodalan dan kemitraan yang kuat.
- Kinerja operasional yang efisien.
- Sosialisasi dan promosi yang efektif.
- Fasilitas yang memadai.
Selain itu, keberhasilan juga diukur dari perubahan perilaku masyarakat, seperti meningkatnya partisipasi dan kebiasaan memilah sampah dari sumbernya. Hal ini menunjukkan bahwa bank sampah yang dikelola secara profesional mampu mendorong perubahan signifikan di tingkat komunitas.
Jika bank sampah hanya mengandalkan sukarela, mereka akan terus berhadapan dengan masalah motivasi, biaya operasional, dan rantai pasok yang tidak jelas. Oleh karena itu, WWF Indonesia mendorong penguatan aspek bisnis, seperti menerapkan model ekonomi sirkular dan menjalin koneksi langsung dengan industri daur ulang.
Dengan mengubah pola pikir dari kegiatan sukarela menjadi unit bisnis yang terintegrasi, bank sampah memiliki peluang lebih besar untuk berkelanjutan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan volume sampah yang dikelola, tetapi juga menciptakan sistem yang lebih efisien dan terhubung, serta memberikan dampak positif yang lebih besar bagi lingkungan dan ekonomi lokal.
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.
